Sabtu, 28 Mei 2016

Guru Besar Mahayana

MAHADEVA

Riwayat hidup Mahadeva adalah seorang guru suci agama Buddha dari sekte Mahasanghika. Beliau hidup sekitar abad 2 SM. Perpecahan para pengikut Buddha terjadi sekitar tahun 280 SM yaitu pada konsili (rapat sangha) ke II di Vesali. Terjadinya perpecahan Dharma dan Vinaya karena perbedaan pemahaman terhadap konsep Arhat (Arahat). Selanjutnya, Bhiksu Mahadeva memisahkan diri dan diikuti oleh sebagian besar Bhiksu yang kemudian dikenal dengan nama Mahasanghika. 

Awal terjadinya perpecahan inilah yang kemudian dikenal sebagai awal munculnya Sthaviravada dan Mahasanghika  yang kemudian dikenal dengan nama Mahayana dan Hinayana. Untuk itu, Mahayana mengakui bahwa Bhiksu Mahadeva merupakan sesepuh dalam Mahayana. 

Jumat, 27 Mei 2016

Guru Besar Mahayana

ASVAGHOSA


Riwayat hidup Asvaghosa diperkirakan sezaman dengan Raja Kaniskhka + tahun 100 M dan Beliau adalah salah satu pemimpin dan perintitis ajaran Mahayana. Beliau lahir dari keluarga Brahmana yang kemudian mengikuti ajaran Buddha. Asvaghosa adalah seorang Bhiksu aliran Sthavirava yang mendalami puja bhakti dan kemudian merasa cocok dengan ajaran Mahasanghika. Tempat kelahiran Asvaghosa di Seketa atau Ayodhya (sekarang Qudh) ibunya bernama Suvarnakshi. 


Menurut Vasubandhu, Asvaghosa membantu Katyayaniputra dalam mempersiapkan komentarian mengenai Abhidharma. Karya-karya Asvaghosa antara lain:
a. Buddha Carita
b. Saundarananda
c. Sariputra-Prakarana
d. Mahayana Shraddhotpada Sastra
e. Sutralankara
f. Lankavatara-Sutra-Sastra.  

Kamis, 26 Mei 2016

Guru Besar Mahayana

SHANTIDEVA

Riwayat hidup Shantideva  dijelaskan sebagai seorang cendekiawan Buddhis yang berasal dari India pada abad ke-8. Ia adalah cendekiawan Universitas Nalanda dan seorang penganut filsafat Prasangika Madhyamaka.
Sekte Madhyamika Tiongkok, Chan Ssu Lun mengidentifikasi dua individu yang berlainan atas nama "Shantideva", yang pertama adalah Shantideva yang merupakan pendiri Sangha Avaivartika pada abad ke-6 dan satu lagi adalah Shantideva yang menempuh studi di Universitas Nalanda pada abad ke-8, Shantideva yang kedua inilah yang muncul dalam berbagai sumber biografi tibetan. Kutipan penemuan ini bisa dilihat di Banglapedia: National Encyclopedia of Bangladesh, situs yang dikembangkan oleh Asiatic Society of Bangladesh, atau bisa juga merujuk ke Bodhicaryavatara Historical Project, Proyek riset akademik yang bermulai dari Mahabodhi Sunyata Seminary di Tarragona, Spanyol.
Shantideva lahir di Bodhgaya utara. Ayahnya bernama Gyelwey Gocha (Rompi baja pemenang), ibunya bernama Vajrayogini. Shantideva lahir dengan berbagai pertanda menakjubkan, dengan nama kecil Shiwe Gocha (Rompi baja perdamaian) Semasa kanak-kanak dia sangat menghormati kedua orang tuanya, dan teman-teman sepermainanya juga sangap respek kepadanya karena sikap dan sifatnya yang sangat luhur. Ayahnya meninggal dunia untuk menunjukkan bahwa semua makhluk mengalami ketidakkekalan, dan kemudian hari realisasi Shantideva atas ketidak-kekalan dan kematian semakin berkembang.
Ketika sang ayah meninggal, dia tidak punya pilihan lain kecuali menerima tampuk raja. Ia tidak bisa menolak, oleh karena itu ia menerima untuk naik tahta raja. Satu malam sebelum upacara, Manjusri muncul dalam mimpinya dan mengatakan: “Anda akan duduk di tahtaku. Anda adalah muridku. “ Bagaimana serorang murid dan guru duduk di tahta yang sama?


Shantideva sangat terkenal atas karyanya yang berjudul Bodhicaryavatara (kadang disebut Bodhisattvacaryavatara). Versi terjemahan bahasa Inggris bisa ditemukan di dunia maya, begitu juga banyak tersedia publikasi versi cetakan. Sungguh sebuah puisi panjang yang menjelaskan proses bertahap menuju pencerahan sempurna sammsambuddhadan hingga saat ini masih menjadi topik pembelajaran Mahayana dan Vajrayana.

Rabu, 25 Mei 2016

Guru Besar Mahayana

ARYADEVA

Aryadeva dilahirkan di Srilangka (Ceylon) dan menjadi murid Nagarjuna. Beliau berkelana keberbagai negara dan membantu gurunya untuk mengajarkan ajarannya. Karyanya yang paling dikenal adalah Catuh-Sankata dan Aksara-Satakam. 


Dalam petualangannya Aryadeva menyebarkan ajaran Nagarjuna yang djarkan dalam aliran Madhyamaka dan Cittavisuddhi-Prakarana. Beliau juga seorang pendebat yang luar biasa.

Guru Besar Mahayana

TAO-AN

Riwayat hidup Tao-An penyumbang jasa terbesar bagi Buddhism bahasa Mandarin, dengan memastikan kebenaran ajarannya. Beliau menginginkan adanya suatu kehidupan yang lama untuk mengenal dan mengetahui ajaran yang agama Buddha, sejak saat itu banyak Bhiksu dan orang suci datang ke Tiongkok dari India dan Asia Tengah untuk menterjemahkan Sutra.

dari para Bhiksu tersebut, Tao-An mendengar nama Kumarajiva seorang Bhiksu terkenal dan akhirnya Tao-An bertemu dengan Kumarajiva, tetapi karena banyak kesulitan dalam perjalanan pulang, tidak tiba di Chang An hingga 16 tahun setelah Tao-An wafat. kemudian Tao-An mendapatkan pengikut yang banyak dan menjadi pelopor penyebar ajaran agama Buddha dan menyaragamkan jubah para Bhiksu seperti di India.

Selasa, 24 Mei 2016

Guru Besar Mahayana

KOBO DAISHI

Riwayat hidup Kobi Daishi, Beliau mendapatkan nama anumerta (penghargaan) Kukai yang berarti Buddha, orang suci dan Beliau adalah penemu aliran Shingon. Beliau belajar agama Buddha di Cina pada sekte Tantra dan memperkenalkan sekte ini ke Jepang.  ajaran yang dibawanya adalah menjelaskan bahwa alam semesta merupakan bentuk maha vairocana Buddha. 



Kobo Daishi mengklarifikasikan berbagai bentuk dari kehidupan agama, termasuk Hindu, Kong Hu Chu, Lao Tze dan sekte lainnya. Beliau mengajarkan penyatuan dari berbagai agama tentang sesuatu yang alamiah dan mengandung mistik tinggi. Tubuh Kobo Daishi dipercaya tidak pernah rusak sampai munculnya Samyaksambuddha Maitreya. 

Senin, 23 Mei 2016

Guru Besar Mahayana

MANJUSHRI BODHISATVA

Mantra kecerdasan Manjushri, dalam tradisi Tantrayana apabila seseorang menginginkan kecerdasan atau kepintaran maka harus memuja Bodhisatva Manjushri dengan mengucapkan mantra "OM A RH PA CA NA DHIH" berulang-ulang. Dengan mengulang terus menerus mantra ini dipercaya bahwa seseorang akan cerdas. 


Manjushri adalah Bodhisatva kebijaksanaan yang sesungguhnya telah mencapai kebuddhaan. Ada dua perwujudan dari Bodhisatva Manjusri, yaitu perwujudan pertama menggambarkan tangan kanannya memegang pedang (lambang kebijaksanaan yang mendalam) sedangkan tangan kirinya memegang setangkai bunga teratai biru yang diatasnya terdapat naskah suci (Lambang pengetahuannya tentang jalan yang tak terbatas). Perwujudan kedua menggambarkan Bodhisatva Manjushri dengan tangan kirinya memegang setangkai bunga teratai biru dengan naskah suci diatasnya, seperti perwujudan diatas dan tangan kanannya dalam sikap Varada Mudra (telapak tangan menghadap keatas, diletakkan pada lutut kanan).

Minggu, 22 Mei 2016

Guru Besar Mahayana

DEWI TARA


Tetesan air mata Avalokitesvara ada Dewi Tara itu semua dijalaskan ketika Buddha Vairochana bertanya pada sang putri Supuspha apa yang menjadi tujuannya, apakah kehendak yang ada dalam hatinya, lalu ia menjawab; “Kami akan berdiam di dunia ini hingga semua makhluk tanpa terkecuali dibebaskan.” Yang demikian sangat mengejutkan serta menggembirakan Sang Buddha, di mana belum pernah ada orang sebelumnya yang sedemikian mulia, tanpa mementingkan dirinya dan berkehendak yang penuh keberanian. Sebagai tanggapan atas pengorbanan dirinya, kebajikan dan kehendaknya, dan tergerak oleh belas kasihnya kepada semua makhluk, Sang Buddha Vairochana secara spontan melafalkan pujian kepada 21 Tara, pujian terhadap keagungan Dewi Tara.


Sebagai akibat dari pujian yang diucapkan oleh Sang Buddha Vairochana, kemudian diketahui bahwa Putri Supuspha tersebut merupakan penjelmaan dari Dewi Tara, yang pada mulanya berasal dari air mata yang diteteskan oleh Bodhisattva Avalokiteshvara. Avalokiteshvara memiliki belas kasih yang tiada terukur pada semua makhluk. Meskipun beliau telah berusaha untuk menolong semua makhluk, beliau merasa sangat sedih karena begitu banyaknya makhluk hidup yang terus jatuh tanpa harapan ke dalam alam kehidupan yang rendah seperti neraka. Ia melihat bahwa hanya sedikit makhluk hidup yang menempuh jalan menuju pencerahan.

Sabtu, 21 Mei 2016

Guru-Guru Besar Mahayana

SAMANTABHADRA BODHISATVA

Samantabhadra Sumber kebajikan yang luar biasa beliau adalah seorang Bodhisatva dalam mazhab Buddhisme Mahayana yang berhubungan dengan pelaksanaan dan meditasi umat Buddha. Bersama-sama dengan Buddha Sakyamuni dan rekan Bodhisattva Manjustri, ia membentuk Trinitas Shakyamuni dalam Buddhisme. Ia merupakan pemimpi dari Sutra Teratai dan, menurut Sutra Avatamsaka, membuat sepuluh sumpah agung yang merupakan dasar landasan seorang bodhisattva. Di Cina, ia diasosiasikan dengan tindakan, yang mana bodhisattva Manjusri diasosiasikan dengan Kebijaksanaan. Di Jepang, bodhisattva ini sering dipuja oleh sekte Tendai dan Shingon, dan sebagai penjaga Sutra Teratai oleh sekte Nichiren.


Samantabhadra adalah figur utama dalam Sutra Bunga Garland, terutama pada bagian terakhir, Sutra Gandhavyuha. Di penghujung Sutra Gandhavyuha, seorang murid, Sudhana bertemu dengan Bodhisattva Samantabhadra, yang mengajarkannya bahwa kebijaksanaan hanya ada untuk dilakukan; bahwa hal tersebut hanya baik apabila menguntungkan semua mahluk hidup.

Jumat, 20 Mei 2016

Guru-Guru Besar Mahayana

KUMARAJIVA

Kumarajiva yang cerdas dan bijaksana  berasal dari keluarga aristokrat. Ayah beliau, Kumarayana, adalah putra seorang perdana menteri sebuah kerajaan di India. Kumarayana yang seharusnya mewarisi jabatan perdana menteri menurut adat waktu itu, justru memilih kehidupan monastik untuk menjadi bhiksu. Demi tugas menyebarkan Buddha Dharma, Kumarayana meninggalkan India menuju Kerajaan Kucha (sekarang wilayah Xinjiang, Tiongkok). Saat mengandung Kumarajiva, sang ibu mengalami hal yang ajaib. Berubah menjadi lebih cerdas, dengan cepat memahami Buddha Dharma, mampu berbahasa Sansekerta, pun tangkas berdebat dalam Buddha Dharma.



Setelah menetap di ibukota Chang’an, Raja Yaoxing memperlakukan Kumarajiva dengan penuh hormat dan mengangkatnya sebagai Guru Kerajaan (Guoshi). Kumarajiva segera mengorganisir kegiatan penerjemahan Kitab Suci Buddhis yang melibatkan 800 personil. Antara tahun 401-413, Beliau berhasil menyelesaikan terjemahan kitab sebanyak 74 judul dengan total 384 jilid. Setelah meninggal dan dikremasi maka lidah beliau tidak hancur dan umat Buddha mempercayai bahwa itu sebagai pertanda bahwa selama hidup Kumarajiva mengajarkan kebenaran.

Kamis, 19 Mei 2016

Guru-Guru Besar Mahayana

BUDDHA PADMASAMBHAVA

Kata padma berasal dari bahasa Sansekerta. Kata ini diadaptasi ke dalam bahasa Tibet, dan mempunyai arti bunga teratai. Sambhava artinya “lahir dari”. Nama Padmasambhava yang umum dikenal di Tibet adalah Pema Jungney, terjemahan dari bahasa Sansekerta, Padmakara, yang artinya, “berasal dari sekuntum teratai”


Pada saat Padmakara lahir dari sekuntum teratai, dan juga, pada saat dibawa pulang oleh raja Indrabhuti, di manapun beliau duduk, sekuntum bunga teratai seketika itu tumbuh mekar. Sehingga raja berseru, “ Anak ini sungguh-sungguh lahir dari teratai!” Karenanya beliau dikenal sebagai Padmakara.

Rabu, 18 Mei 2016

Guru-Guru Besar Mahayana

ASOKA 

Asoka yang Agung (juga Ashoka, Aśoka, dilafazkan sebagai Asyoka) adalah penguasa Kekaisaran Maurya dari 273 SM sampai 232 SM. Seorang penganut agama Buddha, Asoka menguasai sebagian besar anak benua India, dari apa yang sekarang disebutAfganistan sampai Bangladesh.
Nama "Asoka" berarti 'tanpa duka' dalam bahasa Sanskerta (a – tanpa, soka – duka). Asoka adalah pemimpin pertama Bharata (India) Kuno, setelah para pemimpin Mahabharata yang termasyhur, yang menyatukan wilayah yang sangat luas ini di bawah kekaisarannya, yang bahkan melampaui batas-batas wilayah kedaulatan negara India dewasa ini.


Menurut cerita legenda, satu hari setelah peperangan usai, Asoka menjelajah kota dan yang bisa dilihat hanyalah rumah-rumah yang terbakar dan mayat-mayat yang bergelimpangan di mana-mana. Hal ini membuatnya muak dan ia berteriak dengan kata-kata yang menjadi termasyhur: "Apakah yang telah kuperbuat?" Kekejian penaklukan ini akhirnya membuatnya memeluk agama Buddha dan ia memakai jabatannya untuk mempromosikan falsafah yang masih relatif baru ini sampai dikenal di mana-mana, sejauhRoma dan Mesir. Sejak saat itu Asoka, yang sebelumnya dikenal sebagai “Asoka yang kejam” (Canda Asoka) mulai dikenal sebagai sang “Asoka yang Saleh” (Dharmâsoka).

Selasa, 17 Mei 2016

Guru-Guru Besar Mahayana

HSUAN TSANG

Hsüan-tsang Bhiksu terpelajar, pelancong, dan penerjemah yang memberikan pengaruh terhadap interaksi antara China dan India di awal Dinasti Tang
Xuanzang lahir dekat Louyang,  henan   tahun 602 sebagai Chén Huī atau Chén Yī  dan meninggal tanggal 5 Februari 664 di Yu Hua Gong. Ia terkenal dengan perjalanan tujuh belas tahunnya ke India, yang mana dia berguru kepada beberapa guru besar, terutama di Nalanda. Ketika kembali ke Tiongkok, dia membawakan 657 teks dalam bahasa Sanskerta. Dengan dukungan kaisar, dia melakukan penerjemahan teks tersebut di Chang'an (sekarang Xi'an), menarik banyak murid dan kolaborator dari seluruh Asia Timur. Ia dikenal jasanya atas penerjemahan 1.330 skripsi ke dalam Bahasa Mandarin.


Tahun 637, Xuanzang meninggalkan Lumbini ke Kusinagara, tempat Sang Buddha meninggal, sebelum menuju ke barat daya Sarnath di mana Sang Buddha pernah memberikan khotbah pertamanya. Berjalan ke timur, pertama via Varanasi, Xuanzang mencapai Vaisali, Pataliputra (Patna) dan Bodh Gaya. Ia kemudian ditemani oleh bhikkhu lokal menuju Nalanda, universitas kuno yang terkenal di India, di mana dia menghabiskan waktu dua tahun di sana. Xuanzang mempelajari bahasa Sanskerta dan Yogacara ketika berada di Nalanda.

Senin, 16 Mei 2016

Guru-Guru Besar Mahayana

MILAREPA

Riwayat hidup Milarepa dilahirkan di sebuah desa bernama Kya Ngatsa  yang juga dikenal dengan nama Tsa-di provinsi Gunthang sebelah barat Tibet. Ia berasal dari keluarga kaya, dengan ama lahir Mila Thöpaga (Thos-pa-dga'), yang berarti "Senang mendengarnya" (A joy to hear). Khyungpo adalah nama klan keluarganya, nama keluarganya adalah Josay. Ketika ayahnya meninggal dunia, paman dan bibi Milarepa mengambil seluruh kekayaan keluarga. Atas permintaan ibunya, Milarepa meninggalkan rumah dan pergi belajar Sihir. Sekembalinya ke kampung halaman, ia membalaskan dendam keluarga dengan mendatangkan badai besar pada saat perayaan pernikahan anak dari paman dan bibinya. Kejadian ini mengambil korban 35 orang, akan tetapi paman dan bibinya selamat. Warga setempat segera berusaha mengejar Milarepa, ibunya berhasil meminta Milarepa (dengan mengundang badai) untuk menghancurkan ladang mereka.


Kebajikan-kebajikan yang Milarepa lakukan, banyak terjadi di daerah Chokyi Dronma. Jalan kehidupan dan lagu-lagunya dikompilasi oleh Tsangnyon Heruka, yang disponsori oleh kakak laki-laki Chokyi Dronma, Thri Namgyal De (raja Gunthang). Pada usia lanjutnya, Milarepa meninggalkan jalan gelapnya: "Saya melakukan banyak kejahatan pada usia muda. Pada kedewasaan saya berlatih kemurnian. Sekarang, terbebas dari baik dan jahat, saya menghancurkan akar dari tindakan karma dan tidak mempunyai kondisi akan tindakan di masa mendatang. Berkata lebih dari ini akan menyebabkan tangisan dan tawa. Apa gunanya menyampaikan kepada anda? Saya sudah tua. Biarkan saya sendiri.

Minggu, 15 Mei 2016

Guru-Guru Besar Mahayana

ASANGA

Riwayat hidup Asanga hidup dizaman Dinasti Thang, ada seorang master Tripitaka, Yi Chin yang mengenalkan ajaran Buddha Mahayana di India serta pernah menulis buku "the inner Dharma biography mailed from south sea." dalam bkunya disebutkan, adanya 2 bagian dalam Mahayana. yaitu sekolah Madhyamika dan Yoga, sekolah Madhyamika ditemukan oleh Nagarjuna sedangkan Yoga oleh Asanga.

Asanga adalah anak tertua dari tiga bersaudara, semuanya terlahir di Purusapura (peshwar) yang merupakan anggota dari keluarga Kausika di India. Tiga bersaudra tersebut semuanya menjadi Bhiksu. Adik Asanga yang paling bungsu bernama Virinci Vats, dan yang pertama dikenal dengan nama Vashubhandu. Mereka adalah orang-orang yang terkenal dalam catatan sejarah Buddhis di India.


Arya Asanga tidak pernah memaksa orang lain untuk mengikutinya, bahkan kepada adiknya sendiri, Vasubandhu... Saat itu, Arya Asanga sakit keras dan adiknya, Vasubandhu datang menjenguk. Saat itu, Vasubandhu adalah seorang penentang Mahayana. Arya meminta adiknya membacakan sutra2 Mahayana sebagai permintaan terakhir kakaknya yang sakit. Sang adik yang anti-mahayana awalnya menolak keras, tapi akhirnya luluh juga demi welas asih kepada kakaknya tercinta. Waktu demi waktu berlalu, sutra demi sutra dibacakan oleh sang adik kepada sang Arya. Langkah demi langka, akhirnya sang adik memahami apa itu Mahayana yang sebenarnya, begitu jauh dari bayangan sebelumnya dari seorang anti-mahayana.

Sabtu, 14 Mei 2016

Guru-Guru Besar Mahayana

ATISA DIPAMKARA

Riwayat hidup Atisa (982-1054 M) dilahirkan pada keluarga kerajaan di kota Zahor dengan nama Chandragarbha, adalah anak ke dua dari raja yang berkuasa di India bagian timur yang sekarang adalah Bengal. Ayah beliau adalah Raja Kalyanasri dan Ibu beliau adalah Sri Prabhawati. Saudara tua Atisa adalah Padmagarbha dan yang terkecil adalah Srigarbha. Kerajaan tersebut bernama Vikramapura. Pada catatan akhir dari Prajna-paramita-pindartha-pradipa, Tan-gyur edisi Peking, tertulis : Teks ini mengandung dokterin dari Buddha, biksu kelahiran Bengal menulis berdasarkan sastra-sastra dan guru-vacana.


Juga pada Bodhi-marga-pradipa-panjika-nama tertulis :"...Dipankara Sri jnana, a descendant of the Bengalae King... representatif dari Buddha masa kini, Dipankara Sri Jnana yang lahir di Bengal", dan beberapa karya dari beliau mencatat hal yang sama. Pada catatan dari Tibet juga menginformasikan pada kita bahwa tempat kelahiran Atisa adalah Bengal, negeri bagian dari India.

Jumat, 13 Mei 2016

Guru-Guru Besar Mahayana

DHARMAKIRTI

Riwayat hidup Dharmakirti atau Serlingpa Dharmakirti atau yang dikenal juga dengan sebutan Suvarnadvipi Dharmakirti adalah seorang pangeran dari silsilah Sri-Vijayendra-Raja yang masih termasuk dalam silsilah Dinasti Syailendra. Dia juga dikenal sebagai guru besar Buddhis di Sumatera pada abad ke-10. 


Dalam sejarahnya, Serlingpa Dharmakirti pernah menjadi guru dari Atisha, seorang yang nantinya berperan penting dalam membangun gelombang kedua Buddhisme di Tibet. Salah satu hasil karya penting yang dia hasilkan adalah ’Wheel of Sharp Weapons’(Tib. blo-sbyong mtshon-cha 'khor-lo), yang merupakan catatan penting bagi aliran Mahayana.

Kamis, 12 Mei 2016

Guru-Guru Besar Mahayana

BODHIDHARMA

Bodhidharma Sang Pencipta Shaolin dan pengikutnya mengikuti praktik unik di antara umat Buddha yang lain, mereka saling menyapa dengan hanya menggunakan tangan kanan mereka. Ucapan ini adalah tradisi mengenang kejadian Da Mo dan muridnya, Hui Ke. Pada 495 Masehi, biksu India Ba Tuo, atau Buddhabhadra, datang ke Cina mengajarkan agama Buddha yang dikenal sebagai Buddhisme Xiao Cheng (Hinayana). Dia diberi tanah di kaki gunung Shaoshi oleh Kaisar Shao Wen dan mendirikan Kuil Shaolin di tanah ini. 

Sekitar waktu Ba Tuo mendirikan Kuil Shaolin ada seorang pangeran India bernama Bodhidharma. Bodhidharma sangat cerdas dan merupakan anak kesayangan raja wilayah yang sekarang merupakan bagian dari India selatan. Bodhidharma memiliki dua kakak laki-laki yang takut bahwa ayah mereka, raja akan meneruskan dan mewariskan kerajaan untuk Bodhidharma. Dalam kecemburuan mereka, dua kakak laki-laki sering meremehkan Bodhidharma ketika berbicara dengan ayah mereka, dengan harapan untuk mengubah pemikiran ayahnya untuk melawan saudara muda mereka. Saudara-saudara yang lebih tua juga berusaha untuk membunuh Bodhidharma tapi Bodhidharma memiliki karma yang sangat baik dan begitu upaya tersebut tidak berhasil. Meskipun menjadi anak kesayangan raja, Bodhidharma menyadari bahwa ia tidak tertarik pada kehidupan politik. Bahkan dia memilih untuk belajar dengan guru Buddhis Prajnatara terkenal dan menjadi biarawan Buddha.


Pada 527 Masehi, 32 tahun setelah Ba Tuo mendirikan kuil Shaolin, Bodhidharma menyeberang melalui provinsi Guangdong ke Cina. Di Cina, ia dikenal sebagai Da Mo. Da Mo tiba di Cina yang kebanyakan berlatih Buddhisme Da Cheng (Mahayana). Ketika Da Mo tiba, dia disambut oleh kerumunan besar orang yang untuk mendengarkan dari master Buddhis yang terkenal dan berharap untuk mendengar dia berbicara. Daripada berbicara, Da Mo hanya duduk dan mulai bermeditasi. Ia bermeditasi selama berjam-jam. Setelah menyelesaikan meditasinya, Da Mo bangkit dan berjalan pergi, dan tidak mengatakan apa-apa.

Rabu, 11 Mei 2016

Guru-Guru Besar Mahayana

NAGARJUNA

Riwayat hidup Nagarjuna adalah seorang Filsuf Buddhis pencetus aliran Mādhyamaka (Madyamika) yang lahir di bagian Selatan India. Ia hidup di dalam perbedaan pandangan yang beragam terhadap ajaran Budhisme India, ia berusaha untuk menemukan apa yang ia pahami sendiri. Sekitar 500 tahun setelah kematian Buddha, sekolah-sekolah yang beraliran Buddhis berkembang dengan pesat. Mereka berdebat tentang seluruh doktrin dan praktik ajaran Buddha.


Nagarjuna diperkirakan lahir di antara abad pertama dan kedua dan dianggap sebagai pendiri sekolah Mādhyamaka (Madyamika) dari Mahāyāna Buddhisme. Sekolah ini meluas sampai ke Cina dengan nama sekolah Sānlùn. Dalam beberapa tradisi Mahayana, Nagarjuna dianggap sebagai Bapak Mahayana dan Buddha "kedua" karena reputasinya. Karya utamanya adalah Mula-madhyamaka-karika. Istilah yang sering disalahpahami tentang pemahaman Nagarjuna adalah istilah "kekosongan".Istilah ini bukan berarti suatu penyangkalan akan dunia atau substratum nihilum. Melainkan suatu ketidakhadiran dari svabhava atau esensi diri. Ajaran yang paling terkenal dari Nagarjuna adalah Sunya (kosong) dan Sunyata (kekosongan).