Sabtu, 30 April 2016

Guru-Guru Besar Mahayana

DALAI LAMA KETIGA BELAS

Riwayat hidup Dalai Lama kedua belas atau Trinley Gyatso lahir pada tanggal 12 Februari 1876 di Thakpo Langdun, U-Tsang, Tibet. Beliau wafat pada tanggal 17 Desember 1933 pada usia 57 tahun.



Sama seperti Dalai Lama Sebelas, Trinley Gyatso juga sangat peduli dengan semua makhluk dan membabarkan ajaran Tantrayana.

Jumat, 29 April 2016

Guru-Guru Besar Mahayana

DALAI LAMA KEDUA BELAS

Trinley Gyatso (26 Januari 1857 – 25 April 1875), juga disebut Trinle Gyatso dan Thinle Gyatso, adalah Dalai Lama Tibet ke-12. Trinley Gyatso dinobatkan penuh sebagai Dalai Lama pada tanggal 11 Maret 1873. Ia memperoleh nama Gendun Drubpa dari kepala biara Narthang. Pada usia 20 tahun, ia menjadi murid Tsongkhapa. 


Sama seperti Dalai lama kesebelas, Beliau begitu peduli dengan makhluk hidup dan menyebarkan ajaran Tantrayana. 

Kamis, 28 April 2016

Guru-Guru Besar Mahayana

DALAI LAMA KESEBELAS

Riwayat hidup Dalai Lama kesebelas atau Khedrup Gyatso lahir pada tanggal    1 November 1838 dan wafat pada tanggal 31 Januari 1856. Beliau wafat secara mendadak di Istana Potala, Lhasa, Tibet pada tanggal 31 Januari 1856.


Sama seperti Dalai Lama sebelumnya Khedrup Gyatso juga memiiki kepedulian terhadap semua Makhluk dan memiliki banyak pengikut dan dianggap sebagai guru besar penyebar ajaran Tantrayana.

Rabu, 27 April 2016

Guru-Guru Besar Mahayana

DALAI LAMA KESEPULUH

Riwayat hidup Dalai Lama kesepuluh atau Tsultrim Gyatso lahir pada tanggal  29 Maret 1816  dan Beliau wafat  pada tahun 1837 Ia lahir di keluarga sederhana di Chamdo (Tibet sebelah timur).


Sama seperti Dalai Lama sebelumnya Tsultrim Gyatso juga memiiki kepedulian terhadap semua Makhluk dan memiliki banyak pengikut dan dianggap sebagai guru besar penyebar ajaran Tantrayana.

Selasa, 26 April 2016

Guru-Guru Besar Mahayana

DALAI LAMA KESEMBILAN 

Riwayat hidup Dalai Lama kesembilan atau Dalai Lama ke-9 (nama relijius: Lungtok Gyatso, kependekan dari Lobzang Tenpai Wangchuk Lungtok Gyatso; 1 Desember 1805 – 6 Maret 1815), juga dipanggil Lungtog Gyatso dan Luntok Gyatso, adalah Dalai Lama Tibet ke-9. Ia adalah satu-satunya Dalai Lama yang wafat pada masa anak-anaknya.


Beliau belum sempat mengajarkan ajaran Tantrayana karena usia dan meninggal pada saat masih anak-anak.

Senin, 25 April 2016

Guru-Guru Besar Mahayana

DALAI LAMA KEDELAPAN

Riwayat hidup Dalai Lama kedelapan atau Jamphel Gyatso  lahir pada tahun 1758 di Lhari Gang di wilayah U-Shang hulu bagian barat daya Tibet. Ayahnya Sonam Dhargye dan ibunya Phuntsok Wangmo berasal dari Kham. Beliau wafat pada usia 46 tahun pada tahun 1804.


Sama seperti Dalai Lama Ketujuh Tsangyang Gyatso juga memiiki kepedulian terhadap semua Makhluk dan memiliki banyak pengikut dan dianggap sebagai guru besar penyebar ajaran Tantrayana.

Minggu, 24 April 2016

Guru-Guru Besar Mahayana

DALAI LAMA KETUJUH

Riwayat Hidup Dalai Lama Ketujuh atau Kelzang Gyatso lahir pada tahun 1708 dan Beliau wafat pada tahun 1757. Beliau juga disebut Kelzang Gyatso atau Kezang Gyatso.


Sama seperti Dalai Lama Kelima Tsangyang Gyatso juga memiiki kepedulian terhadap semua Makhluk dan memiliki banyak pengikut dan dianggap segai guru besar penyebar ajaran Tantrayana.

Sabtu, 23 April 2016

Guru-Guru Besar Mahayana

DALAI LAMA KEENAM

Riwayat Hidup Dalai Lama Keenam atau Tsangyang Gyatso lahir pada tanggal 1 Maret 1683 dan meninggal pada tanggal 15 November 1706 dan Beliau dinobatkan menjadi Dalai Lama pada usia 14 tahun.


Sama seperti Dalai Lama Kelima Tsangyang Gyatso juga memiiki kepedulian terhadap semua Makhluk dan memiliki banyak pengikut dan dianggap segai guru besar penyebar ajaran Tantrayana. 

Jumat, 22 April 2016

Guru-Guru Besar Mahayana

DALAI LAMA KELIMA

Riwayat hidup Dalai Lama kelima atau Ngawang Lobsang Gyatso yang lahir pada tahun 1617 dan meninggal pada tahun 1682. Dengan dukungan Gushri Khan. Seorang penguasa Mongol dari Khokh Nuur, Dalai lama kelima mempersatukan Tibet.


Sama seperti Dalai Lama Keempat, Ngawang Lobsang Gyatso juga memiiki kepedulian terhadap semua Makhluk dan memiliki banyak pengikut dan dianggap segai guru besar penyebar ajaran Tantrayana.

Kamis, 21 April 2016

Guru-Guru Besar Mahayana

DALAI LAMA KEEMPAT

Riwayat hidup Dalai Lama Keempat atau Yonten Gyatso lahir di Mongolia pada tanggal 30 bulan ke-12 tahun Kerbau dalam kalender Tibet dan pada tahun 1589 pada kalender Masehi. Dalai Lama keempat wafat pada tahun 1617. 




Sama seperti Dalai Lama Ketiga Sonam Gyatso juga memiiki kepedulian terhadap semua Makhluk dan memiliki banyak pengikut dan dianggap segai guru besar penyebar ajaran Tantrayana.

Rabu, 20 April 2016

Guru-Guru Besar Mahayana

DALAI LAMA KETIGA

Sonam Gyatso atau disebut juga Soinam Gyatso adalah orang pertama yang dianugerahi gelar Dalai Lama oleh penguasa Mongol Altan Khan. Walaupun Sonam Gyatso adalah orang pertama yang memegang gelar “Dalai Lama” tetapi belia adalah orang ketiga dalam garisnya maka beliau mamagang gelar Dalai Lama Ketiga. Beliau lahir pada tahun 1543 dan wafat pada tahun 1588.


Sama seperti Dalai Lama Kedua Sonam Gyatso juga memiiki kepedulian terhadap semua Makhluk dan memiliki banyak pengikut dan dianggap segai guru besar penyebar ajaran Tantrayana.

Selasa, 19 April 2016

Guru-Guru Besar Mahayana

DALAI LAMA KEDUA

Riwayat Hidup Gendun Gyatso Palzangpo yang lahir  di dekat Shigatse di Tanak, wilayah Tsang, Tibet Tengah pada tahun 1475 dan wafat pada tahun 1542 dipercayai sebagai reingkarnasi dari Gendun Drup atau Dalai Lama Pertama dan Beliau dipercaya sebagai Dalai Lama Kedua.


Sama seperti Dalai Lama Pertama Gendun Gyatso juga memiiki kepedulian terhadap semua Makhluk dan memiliki banyak pengikut dan dianggap segai guru besar penyebar ajaran Tantrayana.

Guru Besar Mahayana

ARHAT SARIPUTRA


Sariputra dilahirkan di Kerajaan Magadha di India Selatan, di Desa Upatissa, dekat Ibukota Rajagaha. Ayah Sariputra, Vanganta, adalah seorang yang pandai berdebat dan terkenal. Sariputra juga dapat berbicara dengan sangat baik walaupun masih muda. Ketika ia baru berumur delapan tahun, ia telah terkenal pandai berdebat di seluruh kerajaan. Raja sangat menyukai Sariputra. Suatu hari, setelah mendengarkan debat Sariputra, raja sangat senang dan gembira, sampai kemudian sebuah desa diberi nama Sariputra. Semua orang di kerajaan memuji kecerdasan dan kecerdikan Sariputra.

Ketika Sariputra berusia duapuluh tahun, ia mengucapkan selamat tinggal kepada orangtuanya dan pergi ke berbagai tempat untuk belajar dan mencari kebenaran hidup. Sariputra belajar dari berbagai guru, tetapi tak seorang pun dapat memuaskannya. Sariputra mempunyai teman baik bernama Maudgalyayana, yang juga seorang yang sangat istimewa.



Suatu hari, Sariputra bertemu dengan salah seorang siswa Buddha, Assaji, di sebuah jalan di Rajagaha. Sariputra melihat bahwa Assaji sangatlah tenang dan ramah. Sariputra tidak tahan untuk tidak mendekat Assaji dan bertanya, “Yang Mulia, bolehkah saya tahu nama Anda? Di manakah Anda tinggal?”

Kemudian Assaji menjelaskan beberapa ajaran penting dari Buddha. Setelah mendengarkan ajaran-ajaran tersebut, Sariputra sangat gembira dan berseru, “Wow! Ini sangat menakjubkan, sangat menakjubkan! Saya harus mengunjungi Buddha suatu hari!”
“Guru yang luar biasa! Kita tidak pernah terpikir tentang ajaran seindah itu, bahkan mimpi pun tidak! Mari pergi dan bernaung kepada Buddha!” Maudgalyayana berkata dengan semangat.

       Oleh karena itu, Sariputra dan Maudgalyayana memimpin duaratus siswa mereka ke Vihara Veluvana dan memberikan hormat kepada Buddha sebagai guru mereka. Sariputra dan Maudgalyayana ditahbiskan sebagai siswa Buddha. Mereka menjadi pendamping Buddha yang sangat cakap dan memberikan jasa yang luar biasa dalam masa-masa awal penyebaran Dharma.

Guru Besar Mahayana

MAUDGALYAYANA

Riwayat hidup Maudgalyayana, Beliau  dilahirkan di sebuah kota kecil di zaman kerajaan Magada (sekarang adalah daerah Bihar, negara bagian India). Beliau merupakan anak tunggal dari keluarga suku Brahmin, nama kecil beliau adalah Kolita Moggalana. Ayahnya terlahir dalam keluarga yang termasyhur dan selalu diangkat menjadi wali kota. Kolita terdidik di bawah asuhan tradisi Brahmana.

 Diceritakan bahwa bertepatan hari lahir Kolita terlahir juga bayi laki-laki dari keluarga lain yang diberi nama Upatissa. Kemudian merekapun tumbuh bersama dan menjadi sahabat akrab. Kedua sahabat karib ini di lingkungan pergaulannya menjadi pemimpin dari kelompok teman-temannya.


Pada suatu hari Upatissa dengan wajah berseri-seri datang menjumpai Kolita. Dia menceritakan penemuanya yaitu menjumpai seorang pertapa yang bernama Assaji, yang ternyata adalah salah satu dari lima pertapa siswa Sang Buddha yang pertama. Assaji menemukan Upatissa dalam penampilanya. Lalu Assaji menerangkan mengenai gurunya yang bermarga Sakya (Sakyamuni Buddha). Saat upatissa menanyakan ajaran yang dibabarkan oleh guru Assaji maka dijawab oleh Assaji dalam bentuk syair : ”yang dirahmati telah membabarkan sebab musabab dan timbulnya benda-benda. Dan juga menerangkan proses lenyap sinarnya. Hanya demikian yang dinyatakan Sang Tahtagata”. Tatkala mendengar syair itu Upatissa merasakan suatu getaran yang mencerahkan (Mata Waskita Dharma) dan Kolita  pun merasakan hal yang sama saat Upatissa mengucapkan syair itu kepadanya.

Dari kejadian itu mereka pun menanyakan kepada Assaji di mana Guru Agung itu berdiam dan bergegas menuju ke sana. Tetapi sebelum menjumpai Sang Buddha, Upatissa mengajak Kolita terlebih dahulu menjumpai Sanjaya untuk mengajaknya ikut serta. Namun Sanjaya menolak ajakan tersebut karena ke-Aku-annya yang besar. Walaupun demikian karena kedua sahabat itu mengikuti Sang Buddha serta merta pengikut Sanjaya yang berjumlah 500 orang mengikuti jejak Upatissa dan Kolita. Namun melihat Sanjaya tidak ikut, sebagian dari mereka mengurungkan niat.

Guru Besar Mahayana

MAHAKASHYAPA

Riwayat hidup Mahakashyapa adalah seorang brahmana dari Magadha di sebuah desa bernama Mahatittha, yang menjadi salah satu murid utama yang sering diperkenalkan oleh Sakyamuni Buddha. Seperti murid-murid Utama Sang Buddha (Sariputra dan Maudgalyayana), Kashyapa juga berasal dari keluarga Brahmana (ayahnya bernama Brahmana Kapila dan ibunya bernama Sumanadevi). Ia juga penyelenggara dan penuntun Sidang Agung Pertama. Ia juga sering digambarkan mendampingi Sang Buddha bersama-sama dengan Ananda, masing-masing di sisi Sang Buddha. Ia juga dipanggil dengan panggilan "Pipphali".

Menurut legenda, suatu hari Sang Buddha sedang menyampaikan "Khotbah Bunga" di Puncak Burung Hering, ia menaiki tahtanya, memetik setangkai bunga, dan menunjukkan kepada yang hadir. Tidak seorang pun memahami maknanya, kecuali Mahakashyapa, yang menanggapinya dengan tersenyum. Sang Buddha memilihnya sebagai seseorang yang mengerti sepenuhnya dan merupakan seseorang yang pantas menjadi penerusnya. Sang Buddha kemudian berkata.

“Aku memiliki mata Dharma dari doktrin yang benar dan pikiran yang indah akan Nirvana. Bentuk sejati sebenarnya adalah kekosongan dan pintu Dharm yang halus. Semua ini telah aku wariskan kepada Mahakasyapa.”


Peristiwa tersebut menandai awal dari garis silsilah Ch'an (Zen) dan penerusan guru ke murid yang berlanjut sampai kini. Ada dua-puluh delapan generasi penerus sejak Mahakashyapa sampai kepada Bodhidharma-yang dianggap sebagai Patriak pertama Ch'an (Zen) di Cina. Selanjutnya ajaran Ch'an (Zen) diteruskan lewat jalur tunggal selama lima generasi sampai masa Patriak Keenam, Hui Neng.

Menurut legenda Cina, Bhikshu Ji Gong adalah reinkarnasi dari Mahakashyapa (yang dikenal sebagai Arahat Penjinak Naga). Dalam Sutra Teratai Bab VI (Ramalan Tentang Yang Akan Terjadi, Sang Buddha meramalkan pencerahan sempurna dari murid-muridnya: Mahakashyapa, Subhuti, Sariputra dan Mahamaudgalyayana.

Guru Besar Mahayana

ANANDA

Riwayat hidup Ananda (Pali: Ānanda) adalah satu dari murid utama dan juga merupakan pengikut setia Sang Buddha. Di antara banyak murid, Ananda memiliki daya ingat yang kuat dan banyak dari sutta-sutta dalam Sutra Pitaka berasar dari kumpulan ajaran Sang Buddha yang diingatnya pada Sidang Agung Konsili Pertama. Oleh karena itu, ia juga dikenal sebagai "Bendahara Dharma".

Menurut Sang Buddha, setiap Buddha pada masa lampau dan pada masa yang akan datang, memiliki dua pemimpin pengikut dan satu pengikut setia. Perihal Gautama Buddha, pasangan murid utama-nya adalah Sariputta dan Mahamoggallana dan pengikutnya adalah Ananda.

Kata Ānanda, dalam bahasa Pali, bahasa Sanskerta juga dalam bahasa India lainnya, berarti "kebahagiaan". Kata ini sangat populer di kalangan Buddhis maupun Hindu.

Ananda adalah sepupu tertua Sang Buddha dari pihak ayah, dan sangat berbakti kepadanya. Dalam dua puluh tahun kebersamaannya dengan Sang Buddha dalam membabarkan Dhamma, ia telah menjadi pendamping pribadi Sang Buddha, mendampingi dalam hampir seluruh perjalandan dan menjadi teman bicara dalam banya perbincangan yang terjadi. Ia menjadi bahan pujian yang disampaikan Sang Buddha sebelum mencapai Parinibbana. Ia digambarkan seseorang yang memiliki empat sifat yang luar biasa.

Karena ia sering mendampingi Sang Buddha secara pribadi dan seringpula berkelana bersama, Ananda mendengar dan mengingat banyak ceramah yang diberikan Sang Buddha kepada berbagai pendengar. Oleh karena itu, ia seringkali disebut sebagai murid Buddha yang "banyak mendengar". Pada Sidang Agung Pertama, yang diadakan tidak lama setelah Sang Buddha meninggal dunia, Ananda dipanggil untuk menceritakan kembali banyak ceramah-ceramah yang kemudian menjadi Sutra Pitaka dari Tripitaka.


Walaupun Ananda senantiasa berkumpul dan dekat dengan Sang Buddha, ia hanyalah seorang Sotapanna ("Pemasuk Arus") pada saat Sang Buddha meninggal dunia. Akan tetapi, Sang Buddha berkata,

“Bukan begitu, Udayi, bukan begitu, Udayi! Andaikata Ananda meninggal dunia tanpa mencapai kebebasan sepenuhnya, maka ia akan menjadi raja para dewa tujuh kali karena kemurnian hatinya, atau menjadi raja di belahan bumi India tujuh kali. Namun Udayi, Ananda akan mencapai kebebasan akhir dalam hidup sekarang ini juga.”

Sebelum pelaksanaan Sidang Agung Pertama, disarankan bahwa Ananda tidak dipersilahkan untuk menghadiri persamuan karena ia belum menjadi seorang Arhat. Menurut legenda, hal ini mendorong Ananda untuk lebih memusatkan upayanya untuk mencapai Nirvana dan ia dapat meraih tingkat pencapaian tersebut sidang tersebut dimulai.

Buddha Sakyamuni

Pandangan Mahayana Tentang Buddha Sakyamuni


BUDDHA SAKYAMUNI

Pada zaman Samyaksambuddha Dipankara ada seorang Bramana muda yang memiliki bakat dan pandai dalam Veda dan maju dalam pengetahuan serta memiliki tingkat spiritual yang tinggi. Brahmana tersebut benama Megha, setelah bertemu dengan Dewi Sumitta (Bimba Devi) Brahmana Megha  bertemu dengan Samyaksambuddha Dipankara yang kemudian diramalkan akan menjadi Samyaksambuddha dengan nama Gautama atau yang dikenal dengan nama Buddha Sakyamuni. 

Setelah mengalami kelahiran berulang-ulang (+ 500 kali kelahiran) menjadi Bodhisatva beliau lahir menjadi Pangeran Sidharta di Kerajaan Kapilavastu yang dipimpin oleh Raja Sudhodana dan Ratu Mahamaya. Pangeran Sidharta tumbuh sebagai anak yang baik, cerdas dan tangkas dalam berbagai keterampilan. Pada usia 16 tahun Pangeran Sidharta menikah dengan Dewi Yasodara dan memiliki seorang anak bernama Rahula. Perlu diketahui bahwa Dewi Yasodara adalah kelahiran kembali Dewi Sumitta yang bertemu Brahamana Megha pada masa Buddha Dipankara, selama menjadi Bodhisatva pendaping Buddha Sakyamuni adalah Dewi Sumitta. 

Pada usia 29 tahun Pangeran Sidharta melihat empat peristiwa yaitu orang tua, orang sakit, orang mati dan petapa suci. setelah melihat peristiwa ini Pangeran Sidharta meninggalkan istana dan menjadi petapa untuk mencari obat atau cara agar manusia terbebas dari usia tua, penyakit dan kematian. Petapa Sidharta kemudia belajar dengan para petapa senior dan tidak puas dengan ajaran yang diterimanya. Kemudian Petapa Gautama memutuskan untuk mencari cara sendiri untuk mencapai tujuannya dengan cara menyiksa diri selama enam tahun. setelah melaksanakan petapaan keras selama enam tahun petapa Gautama tidak berhasil mencapai apa yang menjadi tujuannya. setelah merenung maka Petapa Gautama merenungi bahwa untuk mencapai tujuaannya maka tidak boleh terlalu menyiksa diri dan memanjakan diri yaitu dengan hidup seimbang tetap makan dan selalu mengendalikan panca indera. Setelah melaksanakan latihan ini selama 49 hari Petapa Gautama mencapai penerangan sempurna atau Nirvana. 

Setelah mencapai penerangan sempurna Sang Buddha mengajarkan ajarannya atau yang disebut dengan Dharma selama 45 tahun beliua meninggal pada usia 80 tahun. Setelah Sang Buddha Parinibbana (wafat) para pengikutnya kemudian ingin selalu melihat Beliau agar senantiasa mengingat ajaran yang Beliau sampaikan. Kemudia umat Buddha membuat patung Buddha sebagai simbol atau objek dalam melaksanakan meditasi. Dalam perkembangannya pembuatan patung Buddha dipengaruhi oleh budaya dah kebiasaan masarakat yang ingin membuat patung Buddha, sebagai contoh misalnya patung Buddha dari Thailand dibuat ramping dan memiliki mahkota, lain dengan dari Cina yang buat agak gemuk. 

Pada aliran Mahayana patung Buddha Gautama (Sakyamuni) selalu didampingi oleh dua arahat yaitu Arahat Anandan dan Arahat Maha Kasyapa, sedangkan pada aliran Hinayana (Theravada) Buddha Gautama didampinggi oleh Arahat Sariputra dan Arahat Maudgalyayana. Perbedaan ini merupakan bukti bahwa terdapat berbedaan kesepakatan dalam menentukan pendaping Buddha Gautama pada Altar Vihara masing-masing aliran. 

Buddha Gautama memiliki banyak panggilan atau gelar antara lain Gautama, Sakyamuni, Tathagata, Bhagava, Arahat Samyaksambuddha, Satva Deva Manussanam, Buddho dan masih banyak yang lainnya. 

Sekilas tentang Amithaba Buddha

sejarah singkat Buddha Amithabha


AMITABHA BUDDHA

Pada saat itu Hyang Bhagava bersabda kepada Arahat Sariputra, dari sini melewati sepuluh trilyun (koti) negeri Buddha, menuju Barat terdapat sebuah alam yang disebut Tanah Suci Sukhavati. Di alam tersebut ada seorang Buddha, bergelar Amitabha, kini sedang membabarkan Dharma.


Sariputra, bila ada pria budiman (yang berjiwa besar) atau wanita berbudi luhur, setelah mendengar ucapan nama Amitabha Buddha (Oh Mee Toh Fo), menyatukan jiwa dalam Nama-Nya secara terus menerus, selama satu hari, dua hari, tiga hari, empat hari, lima hari, enam hari, tujuh hari, jiwanya menyatu dan tidak ragu, maka saat menjelang ajalnya Amitabha Buddha (Oh Mee Toh Fo) dan para orang suci akan muncul di hadapannya. Di saat meninggal dunia, jiwanya tidak kacau (pikiran tidak terbalik), sehingga segera dapat terlahir di Tanah Suci Sukhavati Amitabha Buddha (Oh Mee Toh Fo).

Paragraf di atas merupakan penggalan Amitabha Sutra yang dijadikan dasar mengapa umat Buddha Mahayana memuja Amitabha Buddha. Amithabha Buddha sangat dipuji dan diagungkan oleh umat Buddha Mahayana karena sangat mudah diucapkan dan dilafalkan. Amitabha Buddha digambarkan sebagai Buddha yang memiliki dua pendaping atau pengawal yaitu Mahastamaprapta Bodhisatva dan Avalokitesvara Bodhisatva yang dipercayai tinggal di Tanah Suci Sukhavati atau biasa disebut dengan Surga Barat. 

Dalam ajaran Mahayana umat Buddha akan dapat merealisasi kebahagiaan tertinggi apabila dapat melaksanakan empat hal yaitu:
a. Bertemu dengan Dharma
b. Memiliki keyakinan pada Dharma
c. Melaksanakan ajaran (Dharma)
d. Melaksanakan Dharma secara terus menerus. 
demikian pula bila manusia dengan penuh keyakinan melafal dan dengan penuh keyakinan melafal Amitabha Buddha maka akan membawa pada kebahagiaan. 

Sadhu

Sekilas tentang Bhaisajyaguru Buddha

Bhaisajyaguru Buddha dan mujijad pengobatan-Nya





BHAISAJYAGURU BUDDHA

Didalam Sutra Guru Penyembuhan, Hyang Buddha Sakyamuni juga mengungkapkan kepada Bodhisattva Manjusri suatu Dharani Agung yang harus diucapkan seseorang guna menolong makhluk hidup dari penyakit dan kesusahan.

Sewaktu mengucapkan Dharani atau nama Hyang Buddha seseorang harus membayangkan rupang Buddha tersebut, maka dia akan memasuki suatu keadaan “samadhi pengucapan Buddha” (Buddha reci-tation Samadhi; salah satu dari delapan puluh empat ribu Pintu Dharma menuju pencerahan). Yang mana seseorang mengucap tetapi tidak mengucap, dan tidak mengucap tetapi mengucap. Satu hal penting yang perlu diperhatikan agar bisa mendapatkan manfaat dan, hasil sebesar-besarnya dari pengucapan Dharani, nama Buddha maupun Sutra itu adalah sangat diperlukan keyakinan dan ketekunan yang tidak surut.

Buddha Penyembuhan ( Bhaisajyaguru Vaidurya Prabhasa Tathagata ) adalah salah satu dari ketiga Buddha utama dalam objek pemujaan Mahayana dan merupakan seorang Buddha dari masa lalu.  Lebih dikenal sebagai Buddha Pengobatan atau Guru Penyembuhan, Beliau sangat dekat di hati pemuja-Nya karena banyak di antara mereka yang benar-benar telah menerima berkah-Nya dalam bentuk penyembuhan ajaib dari berbagai penyakit.

Selain menyembuhkan penyakit, melindungi dari bencana seperti kelaparan, kekeringan dan wabah, memberikan panjang umur dan membantu yang meninggal, Sang Buddha dikenal telah memberikan berbagai manfaat  duniawi kepada mereka yang bersujud kepada-Nya.   Di dalam vihara Buddha-ruphang-Nya biasanya  diketemukan sebagai tiga serangkai dengan Buddha Sakyamuni dan Buddha Amitabha ( Sakyamuni di tengah, Bhaisajya di sebelah kanan-Nya, dan Amitabha di sebelah kiri-Nya).  Bila digambarkan sendiri, Beliau memegang simbol-Nya ( mangkok berisi obat ) dengan tangan kiri-Nya dan biasanya diikuti kedua siswa-Nya, yaitu Bodhisattva Cahaya Surya (Bodhisatva Surya) dan Bodhisattva Cahaya Rembulan (Bodhisatva Chandra) .

Pada aliran Mahayana selalu mengaggungkan tiga Samyaksambuddha yaitu Bhaisajyaguru Buddha, Sakyamuni Buddha dan Amitabha Buddha. Filosofi yang bisa kita renungkan adalah hidup ini akan penuh kebahagiaan apabila:
a. Hidup Bertemu dengan ajaran benar (Dharma)
b. Hidup terbebas dari berbagai dan banyak rejeki
c. Dan setelah  meninggal lahir di alam yang berbahagia
Tiga Filosofi inilah yang membuat umat Buddha Mahayana memuja tiga Samyaksambuddha di atas.

Sadhu

Bumi dan Buddha

Bumi dan Buddha



BUMI DAN BUDDHA

Bumi dan Buddha, dalam ajaran agama Buddha dijelaskan bahwa terdapat tiga jenis bumi yaitu:
a. Bumi yang terbentuk hingga hancur Samyaksambuddha tidak pernah ada
b. Bumi yang terbentuk hingga hancur hanya ada satu Samyaksambuddha
c. Bumi yang terbentuk hingga hancur muncul lebih dari satu Samyaksambuddha.

Bumi kita ini adalah bumi yang ketiga yaitu bumi yang dihadiri atau memunculkan lebih dari satu Samyaksambuddha yaitu:
a. Kakusandha Samyaksambuddha
b. Konagamana Samyaksambuddha
c. Kasyapa Samyaksambuddha
d. Gautama Samyaksambuddha
e. Maitreya Samyaksambuddha

Untuk Maitreya Samyaksambuddha akan mencapai Pencerahan ketika manusia memiliki rata-rata usia 80.000 tahun dan sekarang beliau berdiam di Surga Tusita.

Guru Besar Mahayana

KSITIGARBHA BODHISATVA


Ksitigarbha Sang Bendahara Bumi, adalah Bodhisatva yang jelaskan oleh Hyang Buddha memilih tinggal di Neraka dan menyelamatkan makhluk-makhluk yang bisa dibangkitkan pikiran baiknya sehingga bisa terlahir kembali di alam yang berbahagia. 


Ksitigarbha (Sanskerta:  Ká¹£itigarbha) dikenal dalam Buddhisme di Asia Timur sebagai seorang Bodhisattva Mahasattva, biasanya dimanifestasikan dalam bentuk rupa seorang Bhikkhu. Namanya dapat diartikan sebagai Bendahara Bumi, Simpanan Bumi, atau Rahim Bumi. Ksitigarbha terkenal oleh komitmen tekadnya untuk mengambil tanggung jawab atas seluruh mahluk di enam alam, pada masa antara berakhirnya Buddha Gautama (Shakyamuni) dan kebangkitan Buddha Maitreya, juga oleh komitmen tekad mulianya untuk tidak mencapai pencerahan sebelum penghuni alam neraka menjadi kosong. Oleh karena itu ia seringkali dikenal sebagai Bodhisattva yang senantiasa menolong semua jiwa manusia yang terjatuh dalam alam neraka. Dalam wihara Mahayani biasanya ia memanifestasikan dirinya sebagai seorang bhikkhu dengan lingkaran cahaya mengelilingi kepalanya, ia membawa tongkat pembuka pintu alam neraka dan sebuah mutiara/permata pengabul permohonan untuk menerangi jalan kegelapan alam neraka.

Senin, 18 April 2016

Guru-Guru Besar Mahayana

DALAI LAMA PERTAMA


Gendun Drup, juga disebut Gendun Drub dan Kundun Drup (1391–1474) dianggap sebagai Dalai Lama Tibet pertama, yang dipercaya sebagai reinkarnasi dari Chenresig (bahasa Sanskerta: Avalokiteshvara), Bodhisattva Kepedulian.
Gendun Drup lahir di Gyurmey Rupa, dekat Sakya di wilayah Tsang, Tibet, putra dari Gonpo Dorjee dan Jomo Namkha Kyi, penduduk suku yang nomaden. 


Beliau depercaya sesebagai pencetus atau orang pertama dari generasi dalai lama dalam ajaran Tantrayana.